Dua Garis Biru | "Kisah Cinta Remaja yang Tidak Seindah Dilan"
- Nanda Satrio
- Sep 2, 2019
- 3 min read
Mengisahkan cerita cinta sepasang remaja bernama Bima (Angga Yunanda) dan Dara (Zara JKT48). Keduanya terlena dalam lamunan asrama remaja yang serasa dunia milik berdua. Namun perjalanan cinta mereka tidak selalu indah. Terlebih ketika Dara dan Bima harus menanggung tanggung jawab yang menahan mereka dari mimpi-mimpi mereka.
Sejujurnya gue termasuk yang jarang banget nonton film Indonesia di bioskop. Apalagi pas liat poster Dua Garis Biru yang berisikan wajah Bima dan Dara yang seperti remaja tanggung kebanyakan. Yaah macem poster film cinta cintaan remaja gitu. Asumsi film ini tidak akan beda dari film cinta remaja yang sudah sudah membuat gue makin yakin enggan nonton film ini.

Diluar dugaan, respon orang banyak yang mengatakan bagus serta layak ditonton terutama para remaja putri dan ibunya. Disebut-sebut film ini dapat memantik percakapan antara anak dan orang tua yang sering kali dianggap tabu, yaitu sex education. Bahkan ada juga elemen masyarakat yang kontra akan film ini karena justru mendorong remaja ke perilaku seks bebas. Banyaknya pro dan dan kontra akan film ini menggelitik rasa penasaran gue.
Harus diakui, mungkin ini adalah salah satu film Indonesia terbaik yang pernah ada. Dua Garis Biru menawarkan cerita yang jarang sekali dikisahkan dalam perfilm-an Indonesia. Tidak heran adanya pro dan kontra terhadap film ini. Kita bisa menilai dan memposisikan diri kita ke dalam tiap karakter yang terlibat. Pandangan dan empati yang dirasakan dapat diletakan berbeda-beda. Sehingga tidak ada hanya nilai satu utuh hasil atau impresi kita setelah nonton film ini.
Kita bisa mengkondisikan diri kita menjadi Bima. Masih pelajar SMA yang sangat-sangat belum siap dengan tanggung jawab yang harus dia pegang pada usianya. Namun ia begitu mencintai Zara. Bahkan ia ternyata jauh lebih mencintai Adam yang merupakan hasil darah dagingnya hingga rela menguburkan mimpi-mimpinya dan pergi menghadapi realita.

Kita juga bisa memposisikan diri sebagai ibu Zara yang merasa gagal telah mendidik anaknya. Namun mencoba untuk meluruskan semua perkara yang terlah terjadi dengan mendorong Zara agar tetap mengejar impiannya. Berat hati ingin memeluk cucunya sendiri namun tidak ingin anaknya harus tenggelam dalam beban yang belum siap dia pegang.
Konflik memuncak hebat dan tidak terduga ketika Zara kegep hamil oleh teman-teman sekolahnya setelah mencoba menyembunyikannya berminggu lamanya. Amarah, tangis, kecewa, takut, pasrah semua menyeruak hebat dalam adegan di UKS. Adegan yang berdurasi sekitar 5 menit berjalan penuh hentakan. Penonton dibawa ke dalam ketegangan antara lempar kata dan emosi yang hebatnya, selalu tepat. Tidak berlebihan atau tidakpun lemah. Semua dialog kuat. Memiliki emosi dan makna. Mewakilkan setiap peran dari yang ada dalam satu ruangan. Mudah untuk mengatakan, adegan UKS ini salah satu adegan terbaik yang pernah gue liat.
Selain banyak adegan dan dialog yg on point, penampilan dari para pemain muda seperti Zara JKT48 dan Angga Yunanda patut diacungi jempol. Keduanya memiliki gaya khasnya sendiri dan mampu berada dalam level yang sama para pemain senior lainnya. Tidak muluk mengatakan mereka berdua akan menjadi sukses dan luar biasa 10-15 tahun ke depan di perfilm-an Indonesia. Jadinya kita gak melulu liat Reza Rahadian jadi binta utama.

Jujur, Dua Garis Biru mungkin masuk ke dalam salah satu film Indonesia yang harus ditonton sebelum ajal menjemput. Dari awal dan dari setiap elemen yang ada film sangatlah kuat. Terlebih film ini bagus untuk menjadi pemantik awal pembicaraan mengenai edukasi seks yang selama ini selalu dianggap tabu oleh semua pihak. Baik itu sekolah bahkan keluarga. Tidak tertutup hanya untuk ibu dan anak perempuannya, namun bisa ke ayah dan anak lelakinya. Apa yang ada di Dua Garis Biru adalah gambaran jelas dari segala sisi dan pihak yang akan merasakan dari kelalaian edukasi seks yang selama ini dihiraukan.
Dua Garis Biru bisa menjadi acuan dan standart bagaimana film drama seharusnya, terkhususkan dunia perfilm-an Indonesia.
Akhir kata, selamat menonton!
Commenti